Saturday, March 22, 2008

Living life to the fullest

"He..Pi. Gimana rumah? nggak banjir kan? Si kecil-kecil gimana? Kerjaan kamu?"

Ah, itu yang biasa Papa tanyakan kalau menelepon. Seperti bisa diduga, jawaban saya hampir selalu sama.

"Banjir? Nggak tuh, Pa? Emang ada berita apa?" Atau " Alhamdulillah, anak-anak baik. Paling Caca giginya baru copot satu lagi" atau "Kerjaan? Ya gitu deh, Pa. Tapi lumayan, pelanggan CLEO makin banyak, dan rasanya tanggung jawab saya makin besar."

Seperti biasa pula, setelah ngobrol sebentar, Papa akan menyelesaikan pembicaraan dengan bilang, "Ya sudah kalau begitu. Kapan deh, kita ketemu. Daah..."

Percakapan yang biasa-biasa saja dan terjadi minimal dua hari sekali itu kini amat saya rindukan. Rasanya masih berharap telpon berdering dan terdengar suara Papa.."He...Pi". Meski 'biasa' tapi Papa nggak pernah absen bertanya, sekadar update dengan anak-anak dan cucunya.

Pagi itu, mendengar kabar Papa udah nggak ada, rasa nggak mau percaya, sedih, kesal, marah, kecewa, dan menyesal, campur aduk di hati. Baru empat tahun yang lalu saya kehilangan Ayah. Kini, saya harus kehilangan Papa. Buat saya, papa bukanlah mertua, tapi beliau adalah papa saya. Sikapnya yang selalu melindungi, dan tidak pernah membedakan antara menantu dan anak, membuat saya merasa dekat dengan beliau.

Papa adalah figur orang yang sangat sederhana. Beliau nggak pernah memanjakan anak-anaknya. Menurut beliau, seseorang harus bekerja keras untuk mendapatkan keinginannya. Meski kadang-kadang Papa memberikan kejutan-kejutan yang saya yakin itu adalah karena rasa sayangnya yang begitu besar pada kami.

Saya tahu, begitu banyak yang masih ingin beliau lakukan, naik haji, membuat pesawat baru, berkunjung ke rumah kami yang saat ini masih dibangun, melihat Dunia masuk SD, melihat Caca jadi juara kelas, menyaksikan saya dan Rivan sukses dalam pekerjaan, menikmati masa pensiun, dan masih banyak lagi.

Saya mungkin baru mengenal baik beliau sejak 10 tahun yang lalu, tapi begitu banyak kenangan tentang Papa yang terpatri di ingatan. Bahkan dari cerita-cerita yang saya dengar dari teman-teman hingga orang-orang yang beruntung pernah bekerja bersama beliau, Papa adalah orang yang santun, baik pada semua orang tanpa melihat jabatannya, sangat memperhatikan orang kecil, dan selalu bersemangat. Beliau juga selalu ingin melakukan sesuatu, dan tak pernah mempermasalahkan usianya yang sudah senja.

Selamat jalan Papa. Saya janji nggak akan mengecewakan Papa. Saya akan lebih mencintai pekerjaan saya seperti Papa yang begitu mencintai pekerjaan Papa. Saya juga berjanji akan selalu memperhatikan keluarga. Dan yang terakhir Pa, Saya juga amat bangga bisa menjadi bagian dari kehidupan Papa yang selalu Papa jalani dengan penuh semangat.

We love You Pa.......semoga Papa bahagia di sana bersama Allah SWT, Amien. Oh ya, salam sayang dari Caca dan Dunia.

No comments: