Wednesday, April 20, 2011

Tasyakuran HUT ke-20 PP-IPTEK

Selamat Ulang Tahun yang ke-20 untuk PP-IPTEK…!

Tgl. 20 April 2011 saya diundang oleh Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan Teknologi (PP-IPTEK) untuk menghadiri acara Tasyakuran dalam rangka HUT ke-20 PP-IPTEK sekaligus merayakan HUT ke-36 TMII, di Auditorium PP-IPTEK – TMII.
Tema Ulang Tahun ke-20 PP-IPTEK adalah “Cerdas, Ceria, Inovatif”, diperingati dengan cukup sederhana namun tetap meriah, dengan mengundang para penggagas dan perintis seperti Bpk. Ir. Djali Ahimsa (mantan Ketua BATAN), Ir. Purwandoko, serta orang2 yang pernah bekerja maupun terkait dengan pendirian PP-IPTEK, termasuk saya (saya merasa tersanjung untuk ini…!)
Acara demi acara berlangsung dari yang khidmat sampai yang meriah, dari sambutan, pemberian penghargaan, refleksi, fragment, dan lain-lain berjalan lancar.
Dari sekian acara yang dikemas dengan sangat bagus dan apik (salut terutama kepada Pak Thamrin dan Pak Asep beserta timnya!), saya sangat terkesan dan terharu pada saat ditayangkan “Refleksi 20 tahun PP-IPTEK”. Mereka sangat menghargai orang-orang yang telah berjasa menggagas, merintis, berjuang dan bekerja keras untuk berdirinya PP-IPTEK, seperti Bpk. Ir. Djali Ahimsa, Almarhum Bpk. Ir. Herudi Kartowisastro, Ibu Dra. J.E. Kaligis, dan lain-lain.

Dalam refleksi tersebut diantara hal-hal lain yang penting, satu hal yang penting dan menarik yaitu ditampilkannya sosok Alm. Bpk. Ir. Herudi Kartowisastro (mantan Deputi Bid. Pembinaan Sarana Ilmiah- LIPI, Kepala BSN pertama, dan Direktur PP-IPTEK pertama), disebutkan betapa gigihnya perjuangan seorang “Herudi Kartowisastro – PUTRA LIPI “ dengan “passion2”nya membesarkan instrumentasi di Indonesia, penggagas adanya satu standar di Indonesia yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI), membidani lahirnya Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan Pusat Peragaan IPTEK (PP-IPTEK/Science Center Indonesia), sebagai karya-karya besar Beliau demi kemajuan negara dan bangsa Indonesia.
Dalam refleksi tersebut juga diungkapkan betapa karya-karya besar Beliau sangat dihargai baik oleh Pemerintah Indonesia maupun oleh dunia internasional. Hal ini dibuktikan dengan diterimanya penghargaan2 dari Pemerintah Indonesia, anugerah Bintang Jasa Nararya pada tahun 80an dan pada bln November 2009 mendapat Bintang Mahaputera Nararya. Suara Beliau berkumandang dan didengar oleh dunia internasional, terutama di dunia standardisasi dan “science center”.

Sambil berlinang air mata dan ‘merinding’, saya sebagai mantan sekretaris Beliau, salah satu dari orang-orang dekat Beliau, merasa bersyukur, kagum dan terharu, betapa orang-orang di luar sana sangat menghargai Beliau, karya-karya besar Beliau – Alm. Bapak Ir. Herudi Kartowisastro. Masih ingat di benak saya pada waktu mengikuti Beliau di Pertemuan Internasional APEC di Yogya tahun 80an, saat Beliau berbicara di depan Sidang dan begitu selesai bicara, semua hadirin memberikan ‘standing applause’....!
Masya’Allah….bangganya saya….! Namun sayang sekali ada satu keinginan Bapak yang tidak tercapai, yaitu….membawa Bendera LIPI untuk menaungi PP-IPTEK.

Seribu hari lebih sudah, BAPAK istirahat dengan tenang, dan saya yakin Karya-karya BAPAK tetaplah dihargai dan dikenang oleh orang-orang bijak. Semoga BAPAK tenang di tempat yang indah di pangkuan Allah SWT. Amien…

Sekali lagi “Selamat Ulang Tahun ke-20 untuk PP-IPTEK”, semoga makin Cerdas, Ceria, Inovatif; dan usaha untuk mem-PNS-kan seluruh pegawainya di bawah naungan Ristek cepat terwujud.
Mohon maaf apabila ada hal-hal yang membuat kurang berkenan; namun tulisan ini benar-benar keluar dari lubuk hati yang paling dalam….semoga dengan tulisan ini saya juga dapat menjalani masa “Purna Tugas” dengan tenang. Amien…

Salam,
indrastuti

Sunday, October 10, 2010

Pakde

"Apa itu kakek? Bukankah ia hanya menelpon untuk menanyakan keadaan?"
"Apa itu kakek? Bukankah ia hanya mengajarkan apa yang belum kita ketahui?"
"Apa itu kakek? Bukankah ia hanya membantu kita dalam kesulitan?
Kalau dikumpulkan kakek adalah segalanya. Setelah kuingat-ingat, sejak dulu aku tidak mau dipeluk pakde. Aku saja masih ingat disaat suatu pagi dikatakan akan ke rumah pakde, aku malas sekali. Aku bosan ke rumah pakde. Namun sekarang, Tidak ada lagi rumah yang dapat kukunjungi di Minggu pagi yang cerah.
Ulang tahunku, seminggu setelah pakde meninggal. Aku ingin saat itu pakde masih tetap ada. Tak kuinginkan hadiahnya. Tak kuinginkan hartanya. Yang kuinginkan hanyalah kehadirannya. Saat berkumpul bersama keluarga sekarang, terasa sepi. Mataku melihat kesana kemari, mencari pakde. Sama sekali tak kuingat bahwa ia telah meniggalkanku dan semuanya.
Tak dapat kukatakan kata-kata lagi untuk pakde. Karena aku tahu, tanpa kukatakan ia sudah tahu dan merasakan dalam hatinya.




Chacha
(Baru masuk anggota blog)

Wednesday, April 23, 2008

Pak HERUDI: ORANG YG SANGAT BERSAHAJA, NAMUN PEMIKIRANNYA JAUH KE DEPAN . . .

Oleh : Sugiono (P2 SMTP-LIPI)

Beberapa kenangan dg Pak Herudi:
1. Saat sekitar 1983-1984, saya sebagai seorang peneliti yunior. Suatu hari saya ditelpon P Herudi, "Giono... kamu bisa datang ke tempat saya sekarang?", begitu kira-kira beliau memulai pembicaraan via telpon, sekitar tahun 1983-84 di LIN (sebelum menjadi Puslitbang KIM) di Puspiptek Serpong.
Maka datanglah saya ke ruangan dan beliau menyapanya, "Eh gimana kamu?". "Baik, pak!", balas saya waktu itu.
Beliau melanjutkan bahwa sebuah ruang di pojok di KIM-2 di lantai 2 yang dekat kantin itu relatif kosong dan telah dijadikan musholla, namun tidak ada tempat wudhu yang representatif. Yang mau shalat, ya... ambil wudhu di wastafel atau di kran kamar mandi atau wc.
Kemudian beliau memerintahkan kepada saya: "Tolong, kamu hubungi (pak) Mamat agar dia bersama-sama kamu untuk merencanakan dan menetapkan tempat wudhu, dan bilang sama (pak) Mamat agar segera dibuatkan", begitulah kira-kira.
Dan, benar... Pak Mamat dan crew-nya membuat tempat wudhu tsb yg dimanfaatkan sampai sekarang. Mdh2an itu menjadi amal jariahnya yang tidak putus sampai hari kiyamat. (berlinang air mata saya saat menulis ini dan mengenangnya).

2. Saat saya diketahui ikut berpartisipasi membuat alat peraga IPTEK, waktu itu saya masih di KIM, saya diminta datang ke PP-IPTEK TMII untuk mempresentasikan tentang pemikiran saya dalam hal ENTRANCE ROOM (entrance corridor) pengunjung PP-IPTEK. Walaupun sampai terakhir, tampaknya ide saya belum dpt diterima, dengan alasan terlalu "dangkal", perlu pendalaman lebih lanjut. Yah, gak apa-apa.

3. Ketika saya sudah di Pustan-LIPI (setelah 1998), beliau menghubungi saya dari BSN bahwa ketika mengusulkan saya ke salah satu jabatan eselon II di Ristek, manajemen LIPI keberatan. Ya... bagi saya harus kembali kepada AlQur-an yang salah satu ayatnya adalah 26 di Surat Ali Imran yang artinya: "Katakanlah: 'Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan (kekuasaan) kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan (kekuasaan) dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.' "

4. Adalah pada tanggal 9 Maret 2008, saat hari Ahad, 1 pekan sebelum beliau menghadap Allah SWT., ada pernikahan antara anak P Dadang Mulya Saleh (ayah pengantin pria) dgn anak P Supirman alm. (pengantin perempuan) [P Supirman ini pernah menjadi driver Pak Herudi alm] di Cadasmapar, Serpong, Tangerang (dekat PUSPIPTEK). Saya datang ke undangan tsb. dan saat mau duduk, di situ sedang duduk P Herudi (alm) dan isterinya. Saya sapa beliau dan menyapa balik. "Kamu masih sama-sama Bu Fat?", kata beliau membuka komunikasi. "Benar, Pak", jawab saya. "Di pengujian?", tanya beliau. "Bukan, pak! Saya di Sistem Mutu di bawah Pak Djoko Agustono", sambut saya.
"Berapa PNBP tempat kamu?". Saya menjawab orde .... juta, kebetulan saya jadi Ketua PME ( ~2007) jadi tahu angka-angka itu [tapi tdk perlu saya tuliskan di sini bukan?].
"DIPA-nya berapa?", kata beliau lagi. "Yah... orde ....", jawab saya lagi.
Beliau melanjutkan, "Ko' kecil sekali, ya? PP Iptek itu PNBP-nya ... dan DIPA-nya ...." (beliau menyebutkan angka, yang nilainya beberapa kali dari yang "punya" kami).
Beliau mengakhiri pembicaraan dengan meminta sesuatu "Tolong deh, kasih tahu (bu) Fat, saya pengin ketemu."
Kejadian itu kira-kira pukul 12.30 wib. Kemudian beliau beserta isteri meninggalkan tempat perhelatan tersebut.
Hari Seninnya saya ke Bu Fat melaporkan permintaan pa Herudi. Kawan-2 P2MTP telah berniat utk ketemu beliau pada Rabu, 12 Maret 2008 di P2SMTP, namun hari itu beliau ada acara (saya dengar katanya hearing DPR) dan direncanakan digeser minggu depannya. Namun, beliau meninggalkan kita pada hari Ahad 16 Maret 2008.

5. Saat melayat ke rumah beliau, ternyata buah tangan saya, sebuah kerajinan tangan berupa tulisan "HERUDI K" ketika saya dikirim beliau untuk kursus di Amerika Serikat tahun 1982, dipasang di bagian dalam jendela ruang tamu rumah beliau di PUSPIPTEK.

Apa yang ingin saya sampaikan adalah bahwa benar beliau sangat-sangat-sangat CARE, sekali lagi sangat PEDULI dengan orang-orang kecil seperti saya, sangat menghargai karya sekecil apapun, yang ... no body care at the level of Pak Herudi.

Allah tidak tidur, Allah melihat apa yang kita perbuat dan apa yang tidak kita perbuat.

Selamat jalan Pak Herudi. Setiap manusia ada sisi positif dan sisi negatif. Semoga Allah memaafkan beliau dan memasukkannya ke dalam surgaNya dan dijauhkan dari NerakaNya.

. . . . SELAMAT JALAN BAPAKKU . . . !!!


Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun . . .

Tanggal 16 maret 2008, di hari minggu pagi yang cerah kira-kira pukul 8 pagi, saya mendapat kabar dari Pak Murti . . . Pak Herudi meninggal . . . terhentak sejenak, saya tanya ’kena apa?’ . . . jatuh bersama pesawatnya . . .!

. . . Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun . . . PAK HERUDI MENINGGAL DALAM KEBANGGAAN DAN KEBAHAGIAAN BELIAU. . . SELAMAT JALAN BAPAKKU . . .!

. . . sejenak kenangan saya jauh melayang ke belakang . . .

lebih dari 15 tahun, sejak tahun 1980 sampai beliau menduduki jabatan sebagai Deputi Bidang Pembinaan Sarana Ilmiah (BINSARIL) LIPI tahun 1986-1996, saya membantu beliau sebagai sekretaris beliau. Setelah lepas dari ’jabatan resmi’ sebagai sekretaris pun, saya masih sering diminta membantu beliau; dan yang terakhir saya diminta mengedit tulisan beliau untuk Buku Mengenang Pak Samaun”

Sekian lama bekerja membantu beliau, merasakan kesan yang sangat mendalam. Beliau mempercayakan masalah-masalah administratif tugas beliau, sepenuhnya kepada saya. Beliau mendidik banyak hal positif, antara lain untuk bekerja perfect, tanggung jawab; dan beliau sangat menghargai hasil kerja orang. Banyak hal yang membanggakan saya menjadi sekretaris beliau. Karena beliaulah saya dan rekan Agus Suryana berkesempatan ikut membantu Kelompok beliau dalam mengerjakan tugas kelompok pada saat SPATI di Istana Bogor.

Bagi saya, beliau bukan hanya seorang atasan di kantor, namun di luar kedinasan beliau sudah seperti Bapak terhadap anaknya. Sampai akhir hayatnya, apabila bertemu beliau selalu menanyakan perkembangan anak-anak saya, dan setahu saya demikian pula terhadap staf-staf terdekatnya beliau selalu menanyakan keluarganya.

Dilahirkan di Semarang, 17 Januari 1938, Pak Herudi, sosok yang sangat bersahaja, tidak memikirkan diri sendiri tetapi berfikir jauh ke depan memikirkan apa yang bisa beliau perbuat untuk kemajuan bangsa Indonesia tercinta ini.

Meniti karier dari bawah sebagai Kepala Bidang di LIN LIPI, kemudian menjadi Dir. LIN LIPI. Pd tahun 83an, saat Prof. Habibie membangun PUSPIPTEK di Serpong, dengan ’berani’ beliau ’bedol-desa’/memindahkan LIN LIPI dari bandung ke Serpong, sehingga berkembang menjadi Puslitbang KIM LIPI yang sekarang adalah Puslit KIM LIPI. Hal ini merupakan salah satu cita-cita beliau ’suatu lembaga Metrologi di PUSPIPTEK Serpong’.

Pak Herudi juga ’terpilih’ oleh Prof.Dr. Muhammadi Siswosoedarmo – Deputi Teknologi LIPI saat itu – untuk ’menyelamatkan’ Proyek Standardisasi yang saat itu sdg ’colaps’, sehingga berkembang menjadi Pusat Standardisasi, dimana Pusat ini sebagai sekretariat Dewan Standardisasi Nasional (DSN), yang kemudian melahirkan Badan Standardisasi Nasional (BSN). Beliau menjabat sebagai Kepala BSN tahun 1997 – 2002.

Di saat beliau menjabat sebagai Deputi Binsaril, bersama Dr. Djali Ahimsa – Ka. BATAN saat itu – dan Dr. Kaligis dari IKIP, dll., beliau membentuk Panitia Persiapan Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yang awalnya telah dirintis oleh Bapak-Bapak di Humas LIPI. Kemudian lahirlah PP Iptek (Science Center Indonesia) bertempat di TMII. SC di TMII juga merupakan salah satu cita-cita besar Pak Herudi.

Disela-sela kesibukan Pak Herudi memikirkan hal-hal kedinasan, beliau mempunyai hobby olah raga, dari tennis, go-cart dan yang paling menonjol adalah hobby terbang. Dari Gantolle sampai ke Swayasa di bawah FASI (Federasi Aero Sport Indonesia). Swayasa, adalah OR merakit dan menerbangkan sendiri pesawatnya. Hoby inilah yang sangat ditekuni dan erat dengan keahlian beliau, seperti dikemukakan Bpk. Menristek pada sambutan pelepasan jenazah beliau. Beliau adalah salah satu pendiri Swayasa, dan pernah menjabat sebagai Ketua FASI-Swayasa (pertama dari Sipil).

Mr. Herudi Kartowisastro from Indonesia – nama yang sangat diperhitungkan di dunia ‘Standardisasi Internasional’ dan ‘Science Center Internasional’. . .

Disamping ketauladanan beliau kepada stafnya bagaimana bekerja yang baik, bagaimana menghargai orang lain, dan hal-hal positif lainnya, Pak Herudi juga sebagai seorang ’Bapak’ (baca: Ayah) bagiku. Beliau senantiasa menanyakan perkembangan keluarga, studi anak-anak, dll. Kehangatan Beliau sebagai seorang ’Bapak’ sangat saya rasakan.

Tg. 17 Januari 2008, saya telpon Beliau: ”Bapak, . . .Selamat Ulang Tahun, semoga Bapak selalu sehat dan sukses, selalu dalam lindungan Allah SWT”, seperti saya lakukan setiap ulang tahun Beliau; dan Pak Herudi menjawab: ” Hei ... Tut, terima kasih ya. Kamu gimana? Lama ya kita nggak ketemu... kita cari waktu deh makan-makan lagi sama anak-anak (maksudnya Sri dan Agus). Ternyata, Sri juga cerita bahwa hal yang sama dikatakan juga kepada Sri, saat Beliau mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Ayahanda Sri.

Saya ingat... sewaktu beliau menjabat sebagai Deputi Binsaril di LIPI, setiap tanggal 17 Januari di hari Ulang Tahun Beliau, kami (saya, Agus, dan Sri) selalu memberikan ’karangan bunga’ kepada Beliau, sebagaimana Pak Herudi sangat suka memberikan bunga sebagai ’bentuk atensi’ kepada orang lain untuk momen-momen tertentu.

Hampir setiap Beliau ulang tahun, kami (saya, Agus, dan Sri) diajak makan siang di suatu tempat makan, tidak jarang pula bersama Ibu Herudi dan putra-putra.

Kali ini saya memang belum sempat mencari waktu untuk memenuhi ajakan Beliau makan-makan bersama ’anak-anaknya’, sampai akhir hayat Beliau . . . dan sampai kapanpun . . . Takkan ada lagi makan-makan bersama Bapakku . . . . .

Ini hanya sekelumit kecil kenangan saya terhadap Pak Herudi.

Sebagai manusia biasa, seorang HERUDI KARTOWISASTRO (nyuwun sewu Bapak..!), tidak luput dari kesalahan, namun Allah mempunyai catatan berapa persen kesalahan dan berapa persen amal ibadah dan budi baik seorang Herudi Kartowisastro semasa hidupnya... Semoga Tuhan mengampuni segala dosa dan menerima amal kebaikan beliau.

Bagi saya pribadi yang telah sekian tahun membantu beliau, merasakan bahwa Pak Herudi telah meninggalkan GADING EMASnya demi bangsa Indonesia melalui LIPI yang dicintai sampai akhir hayat beliau . . . .

Bersama pesawat yang dicintainya, Pak Herudi Kartowisastro menghadap Sang Khalik

. . . . SELAMAT JALAN BAPAKKU . . . !!!

Monday, March 24, 2008

Sang Pelopor

Kawan-kawan,

Inna lilahi wa inna ilaihi rojiun.

Saya mengenal Pak Herudi Kertowisastro (alm) sejak tahun 1974.
Berikut catatan saya tentang perjuangan beliau:

1. Sebagai staf LIPI (d/h MIPI), alm HK juga membantu Jurusan Teknik Fisika sebagai pengajar dan pembimbing tugas akhir. Mata pelajaran yang senantiasa beliau pegang adalah Sistem Pengukuran dengan buku utama "Measurement Systems: Application and Design, oleh Ernest Doebelin". Walaupun sibuk dengan tugas-tugas di LIPI beliau menyempatkan mengajar dengan menyampaikan pengetahuan yang disarikan dari buku tersebut ditambah dengan berbagai pengalaman praktis.

2. Bersama beberapa dosen TF-ITB (d/h FT-ITB), khususnya Prof Arifin Wardiman (alm), Dr. Liem Han Gie (alm) dan Ir Rachmad Muhamad n.i, alm HK menjadi pelopor pendirian Lembaga Instrumentasi Nasional (LIN) LIPI. Alm HK adalah kepala LIN-LIPI pertama. Beberapa karya mereka diantaranya adalah meter air yang digunakan PDAM, laboratorium kalibrasi dan metrologiyang menjadi penunjuang sistem instrumentasi dan metrologi Indonesia. LIN kini telah berubah menjadi Pusat penelitian kalibrasi, instrumentasi dan metrologi, Puslit KIM LIPI

3. Dengan akumulasi pengetahuan dan pengalamannya, khususnya dalam sektor instrumentasi, kalibrasi dan metrologi, kemudian beliau berjuan dan menjadi pelopor tentang standarisasi di Indonesia dan kemudian mendirikan Badan Standarisasi Nasional yang walaupun dibawah LIPI/Ristek banyak berafilisasi pada Departemen perindustrian dan Departemen Perdagangan. SNI adalah karya BSN yang banyak kita kenal. Alm HK adalah Kepala pertama BSN,

4. Walau untuk kebanyakan pegawai negeri sipil dengan kompetensi riset, umur 60 tahuan adalah batas awal memasuki usia pensiun, namun alm HK yang memiliki passion dalam iptek tidak memilih pensiun namun kembali mempelopori Pusat Peraga Iptek bernanung dibawah Ristek yang bermitra dengan Taman Mini Indonesia Indah. PP-Iptek, dikelolanya langsung (lagi-lagi sebagai keapal pertama !) dengan pendekatan kemitraan pemerintah dengan swasta (alias Public Private Partnership) -. Dilingkungan Ristek, PP-Iptek adalah yang pertama berhasil mendapat kepercayaan dari
Departemen Keuangan sebagai sebuah Badan Layanan Umum (BLU) yaitu badan pemerintah yang memiliki otonomi dalam pengelolaan keuangan.

5. Alm HK juga memiliki hobi terbang. Layang gantung dan ultralight adalah dua jenis olahraga terbang yang dipelopori alm HK.

Dari sederetan kepeloporan yang alm HK lakukan dengan bangga saya menyebut alm HK sebagai sang pelopor !

Semoga ilmu yang alm HK ajarkan, pengetahuan dan pengalaman yang alm HK share pada kita, suri tauladan yang alm HK berikan dan karya-karya lain alm HK menjadi bekalnya menuju surga. Kabulkanlah ya Tuhan doa kami ini.

Amin

Saya cemburu (baca envy) pada alm HK... Iya meninggal dalam keadaan sehat dan sedang melakukan suatu kegiatan (baca TERBANG !) yang telah menjadi kegemarannya sejak muda. Flying and research are his passion.

Selamat jalan Pak HK,

KK

Dikutip dari milis IA-ITB berdasarkan tulisan Bapak Kusmayanto Kadiman

Saturday, March 22, 2008

Living life to the fullest

"He..Pi. Gimana rumah? nggak banjir kan? Si kecil-kecil gimana? Kerjaan kamu?"

Ah, itu yang biasa Papa tanyakan kalau menelepon. Seperti bisa diduga, jawaban saya hampir selalu sama.

"Banjir? Nggak tuh, Pa? Emang ada berita apa?" Atau " Alhamdulillah, anak-anak baik. Paling Caca giginya baru copot satu lagi" atau "Kerjaan? Ya gitu deh, Pa. Tapi lumayan, pelanggan CLEO makin banyak, dan rasanya tanggung jawab saya makin besar."

Seperti biasa pula, setelah ngobrol sebentar, Papa akan menyelesaikan pembicaraan dengan bilang, "Ya sudah kalau begitu. Kapan deh, kita ketemu. Daah..."

Percakapan yang biasa-biasa saja dan terjadi minimal dua hari sekali itu kini amat saya rindukan. Rasanya masih berharap telpon berdering dan terdengar suara Papa.."He...Pi". Meski 'biasa' tapi Papa nggak pernah absen bertanya, sekadar update dengan anak-anak dan cucunya.

Pagi itu, mendengar kabar Papa udah nggak ada, rasa nggak mau percaya, sedih, kesal, marah, kecewa, dan menyesal, campur aduk di hati. Baru empat tahun yang lalu saya kehilangan Ayah. Kini, saya harus kehilangan Papa. Buat saya, papa bukanlah mertua, tapi beliau adalah papa saya. Sikapnya yang selalu melindungi, dan tidak pernah membedakan antara menantu dan anak, membuat saya merasa dekat dengan beliau.

Papa adalah figur orang yang sangat sederhana. Beliau nggak pernah memanjakan anak-anaknya. Menurut beliau, seseorang harus bekerja keras untuk mendapatkan keinginannya. Meski kadang-kadang Papa memberikan kejutan-kejutan yang saya yakin itu adalah karena rasa sayangnya yang begitu besar pada kami.

Saya tahu, begitu banyak yang masih ingin beliau lakukan, naik haji, membuat pesawat baru, berkunjung ke rumah kami yang saat ini masih dibangun, melihat Dunia masuk SD, melihat Caca jadi juara kelas, menyaksikan saya dan Rivan sukses dalam pekerjaan, menikmati masa pensiun, dan masih banyak lagi.

Saya mungkin baru mengenal baik beliau sejak 10 tahun yang lalu, tapi begitu banyak kenangan tentang Papa yang terpatri di ingatan. Bahkan dari cerita-cerita yang saya dengar dari teman-teman hingga orang-orang yang beruntung pernah bekerja bersama beliau, Papa adalah orang yang santun, baik pada semua orang tanpa melihat jabatannya, sangat memperhatikan orang kecil, dan selalu bersemangat. Beliau juga selalu ingin melakukan sesuatu, dan tak pernah mempermasalahkan usianya yang sudah senja.

Selamat jalan Papa. Saya janji nggak akan mengecewakan Papa. Saya akan lebih mencintai pekerjaan saya seperti Papa yang begitu mencintai pekerjaan Papa. Saya juga berjanji akan selalu memperhatikan keluarga. Dan yang terakhir Pa, Saya juga amat bangga bisa menjadi bagian dari kehidupan Papa yang selalu Papa jalani dengan penuh semangat.

We love You Pa.......semoga Papa bahagia di sana bersama Allah SWT, Amien. Oh ya, salam sayang dari Caca dan Dunia.

Friday, March 21, 2008

Herudi dan Keluarga

Almarhum adalah seorang 'pakde' (sebutan kami untuk kakek) untuk 6 orang cucu dari 3 putra putrinya. Beliau selalu berusaha menyempatkan diri untuk berkumpul dengan keluarganya. Suami dari Sutantinah ini adalah anak ke 5 dari 8 bersaudara.